Tari Dinggu Tarian Tradisional Dari Sulawesi Tenggara
Tarian tradisional satu ini menggambarkan aktivitas dan
kebiasaan masyarakat Tolaki pada saat musim panen. Namanya adalah Tari
Dinggu.
Apakah Tari Dinggu itu?
Tari Dinggu adalah salah satu tarian tradisional yang berasal
dari Sulawesi
Tenggara. Tarian ini merupakan tarian rakyat yang menggambarkan suasana
dan aktivitas masyarakat saat musim panen, terutama musim panen padi. Tari
Dinggu biasanya ditampilkan oleh para penari pria maupun wanita dengan
berpakaian layaknya para Petani pada zaman dahulu. Tarian ini sangat dikenal di
masyarakat Tolaki di Sulawesi Tenggara dan sering ditampilkan di berbagai
acara seperti pesta panen raya, penyambutan, perayaan hari besar, festival
budaya dan lain-lain.
Sejarah Tari Dinggu
Menurut sejarahnya, tarian ini berawal dari kebiasaan
masyarakat Tolaki saat panen raya, terutama masa panen padi. Mereka melakukan
aktivitas panen tersebut secara bergotong-royong atau bersama-sama, mulai dari
memetik padi, mengangkat padi, dan lain-lain. Setelah padi terkumpul semua maka
diadakan Modinggu, yaitu semacam
menumbuk padi secara masal yang dilakukan oleh para muda-mudi.
Setelah acara Modinggu
selesai kemudian diakhiri dengan Lulo bersama sebagai hiburan serta
melepas lelah. Selain itu Lulo juga
dilakukan untuk mempererat kebersamaan mereka. Tradisi ini terus berlajut di
kalangan masyarakat Tolaki, hingga akhirnya menjadi suatu tarian yang disebut
dengan Tari Dinggu ini.
Makna Tari Dinggu
Seperti yang dikatakan sebelumnya, Tari Dinggu merupakan
tarian yang menggambarkan aktivitas dan kebiasaan masyarakat Tolaki saat panen
raya. Selain itu tarian ini juga menggambarkan semangat kebersamaan dan gotong
royong masyarakat dalam melakukan sesuatu, salah satunya saat musim panen yang
mereka lakukan secara bersama-sama. Hal ini menunjukkan bahwa semangat
kebersamaan dan gotong-royong merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan
dengan masyarkat Tolaki di Sulawesi Tenggara.
Pertunjukan Tari
Dinggu
Tari Dinggu merupakan tarian yang dibawakan oleh para penari
pria maupun wanita. Jumlah penari Tari Dinggu ini biasanya terdiri dari 10
orang atau lebih penari pria dan wanita. Namun untuk jumlah penari ini biasanya
disesuaikan dengan kelompok masing-masing. Dalam pertunjukannya, penari
menggunakan kostum layaknya para Petani dan menari dengan membawa sejenis alu, tampah,
dan semacam lesung yang digunakan
sebagai properti menarinya.
Dalam pertunjukan Tari Dinggu biasanya terdapat beberapa
babak yang menggambarkan aktivitas para Petani saat panen. Pada babak pertama
biasanya diawali dengan babak yang menggambarkan para Petani membawa padi. Lalu
dilanjutkan dengan menaruh padi yang akan ditumbuk. Kemudian dilanjutkan dengan
babak tumbuk padi. Dan yang terakhir biasanya diakhiri dengan gerakan Lulo.
Gerakan penari pria dan penari wanita dalam Tari Dinggu ini
pada dasarnya berbeda. Pada gerakan penari pria biasanya didominasi dengan
gerakan memainkan alu dan gerakan
yang dilakukan lebih lincah. Sedangkan pada gerakan penari wanita biasanya
didominasi dengan gerakan yang pelan kecuali pada gerakan menumbuk padi dan
melakukan Lulo. Karena dilakukan
secara bersamaan antara penari pria dan wanita sehingga penari wanita harus
mengimbangi gerakan penari pria.
Pengiring Tari Dinggu
Dalam pertunjukan Tari Dinggu biasanya diiringi oleh iringan
musik tradisional seperti kendang dan
gitar kecapi khas Sulawesi Tenggara.
Irama yang dimainkan dalam mengiringi Tari Dinggu ini biasanya bertempo lambat,
namun saat memasuki gerakan Lulo maka
irama yang dimainkan bertempo cepat dan musik gitar kecapi diganti dengan gong.
Kostum Tari Dinggu
Untuk kostum yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari
Dinggu biasanya menggunakan busana layaknya para Petani zaman dahulu. Para
penari wanita biasanya menggunakan baju kebaya dan kain sarung khas Sulawesi
Tenggara. Untuk aksesoris, penari wanita biasanya juga dilengkapi dengan
aksesoris seperti hiasan rambut dan kalung khas. Selain itu penari wanita
sebagian membawa tampah, dan sebagian
lagi membawa satu alu kecil yang digunakan
untuk menari.
Sedangkan untuk penari pria biasanya menggunakan pakaian
lengan panjang dan celana panjang. Selain itu penari pria juga dilengkapi
dengan kain sarung yang dikenakan di
pinggang dan kain selampang.
Sedangkan sebagai penutup kepala biasanya menggunakan caping atau topi Petani. Penari juga membawa dua alu berukuran pendek yang digunakan
untuk menari.
Perkembangan Tari
Dinggu
Dalam perkembangannya, Tari Dinggu masih terus dilestarikan
dan kembangkan oleh beberapa sanggar di sana. Berbagai kreasi dan variasi juga
sering ditambahkan dalam setiap pertunjukannya agar terlihat menarik namun
tidak menghilangkan ciri khasnya. Tari Dinggu kini juga sering ditampilkan di
berbagai acara seperti acara penyambutan, pesta rakyat, pertunjukan seni, dan
festival budaya.
sumber : http://www.negerikuindonesia.com/2015/10/tari-dinggu-tarian-tradisional-dari.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar